Pahlawan Nasional adalah sebuah atau sebutan gelar penghargaan tingkat terttinggi warga negara Indonesia. Sebuah gelar Anumerta ini diberikan oleh pemerintah Indonesia atas tindakan yang dianggap sebagai bentuk heroik dan diapresiasi oleh negara. Atau dengan kata lain "Berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan Nusa dan Bangsa. Provinsi Jawa Barat mayoritas kependudukannya ialah Suku Sunda yang bertutur mengunakan bahasa Sunda.
Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari kerajaan Tarumanegara lalu diikuti oleh Kesultanan Demak pada abad ke-16 banyak peninggalan - peninggalan sejarah seperti : Prasasti, Batu Tulis, Tempat - tempat bersejarah dll. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konfrensi Meja Bundar : Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overlag (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission For Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950. Berikut kami ringkas 7 Tokoh Nasional Jawa Barat yang sangat berperan penting dalam pembentukan kekuasaan kemerdekaan Republik Indonesia yakni :
1. Raden Dewi Sartika (Tokoh Pendidikan, Pengajar Wanita, Pendiri Sekolah Wanita)
adalah salah satu seorang pahlawan nasional perempuan yang berasal dari Jawa Barat yang lahir di Cicalengka, Bandung 4 Desember 1884. Meninggal di Cineam, Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun. Raden Dewi Sartika adalah seorang Tokoh Perintis Pendidikan untuk kaum wanita.
Biografi Kehidupannya:
Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R.Rangga Somanegara dan R.A Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desesmber 1884. Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman - temannya. Setelah ayahnya meninggal, Ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan budaya sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai budaya barat pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.
Peran Pentingnya :
Pada tanggal 16 Januari 1904, Ia Membuat sekolah yang bernama Sekolah Isteri Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian di pindahkan ke jalan Ciguriang dan berubah menjadi Sekolah Kaotamaan Isteri pada tahun 1910. Lalu pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, dan kemudiaan berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920. Pada september 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Ia wafat pada 11 September 1947 di Cineam ketika dalam masa perang kemerdekaan. Ia dianugerahi gelar Orde Van Oranje-Nassau pada ulang tahun ke 35 "Sekoelah Kaotamaan Isteri" sebagai penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan. Pada Desember 1966, ia diakui sebagai Pahlawan Nasional.
2.Djoeanda Kartawidjaja (Politis Sunda - Perdana Menteri Indonesia Terakhir)
Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja ia lahir di Tasikmalaya, Hindia Belanda, 14 Januari 1911 meninggal di Jakarta, 7 November 1963 pada umur 52 tahun beliau adalah seorang Perdana Menteri Indonesia ke 10 sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I.
Peran Pentingnya :
Perjuangannya dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menajdi satua kesatuan wilayah NKRI atau dikenal dengan sebutan sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations Convetion On Law Of The Sea (UNCLOS).
Namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Di Surabaya, Jawa Timur yaitu Bandar Udara Internasional Juanda atas jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan tersebut sehingga akhirnya dapat terlaksana. Selain itu juga diabadikan namanya di Hutan Raya Bandung yaitu sebagai nama jalan di Jakarta yaitu Jl. Ir Djuanda Kartawidjaya di bilangan Jakarta Pusat, dan nama salah satu Stasiun Kereta Api Indonesia, yaitu Stasiun Juanda.
Juanda wafat di Jakarta 7 November 1963 akibat serangan jantung dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta,. Berdasarakan surat keputusan RI No.224/1963 Ir. Djuanda Kartawidjaya diangkat sebagai tokoh nasional/ pahlawan kemerdekaan nasional.
Pada tahuun 19 Desember 2016, atas jasanya, Pemerintahan Republik Indonesia, mengabadikan Djoeanda di sebuah pecahan uang kertas rupiah baru NKRI, pecahan Rp.50.000.
*Berikut Deklarasi Juanda Beserta Perundingannya :
Deklarasi Juanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaya, deklarasi ini menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dalam konveksi hukum laut United Nations Convention On Law Of The Sea (UNCLOS), dikenal sebagai negara kepulauan.
Isi dari Deklarasi Juanda menyatakan :
1.Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang memiliki nilai kecorakan sendiri
2.Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan.
3.Ketentuan Ordonasi tahun 1939 tentang Ordonasi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung satu tujuan :
- Untuk mewujudkan bentuk kesatuan wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
- Untuk menentukan batas - batas wilayah NKRI, seusai dengan asas negara Kepulauan
- Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI.
Pernyataan yang dibacakan Juanda tersebut menjadi landasan hukum bagi penyusunan rancangan Undang - undang yang digunakan untuk mengantikan Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939.
3. Iwa Kusuma Sumantri (Politis Hukum, Pejuang Kemerdekaan)
Iwa Koesoemantri lahir di Ciamis, 31 Mei 1899 - meninggal pada 27 November 1971 tutup usia pada umur 72 tahun. Iwa Kusumasumantri (Ejaan Soewandi), adalah seorang politikus Indonesia. Iwa lulus dari sekolah hukum di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dan Belanda sebelum menghabiskan waktu di sebuah sekolah Uni Soviet.
Setelah kembali ke Indonesia Ia membuktikan dirinya sebagai seorang pengacara, nasionalais, kemudiaan, seorang tokoh hak - hak pekerja. Selama dua puluh tahun pertama kemerdekaan Indonesia, Iwa memegang beberapa posisi kabinet. Setelah pensiun ia melanjutkan pengabdiaanya dengan terus menulis. Lalu pada tahun 2002 Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Biografi Kehidupannya :
Iwa lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada tanggal 31 Mei 1899. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di sebuah sekolah yang dikelola oleh kolonel Belanda, Ia berangkat ke Bandung di mana ia masuk ke sekolah Pegawai Pemerintah Pribumi (Opleidingsschol Voor inlandse Ambternaren, atau OSIVA ). Tidak mau mengadaptasi budaya barat dalam menuntut ilmu di sekolah, lalu ia keluar dan pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) untuk masuk ke sekolah hukum, sementara ketika di ibukota kolonial tersebut, ia juga merupakan bagian dari Jong Java yang merupakan sebuah organisasi untuk pemuda Jawa.
Iwa lulus pada tahun 1921 dan melanjutkan studinya di Universitas Leinden di Belanda. Di negara itu ia bergabung dengan Serikat Indonesia (Indonesia Vereninging). Dalam sebuah kelompok nasionalis para intelektual Indonesia. Dia menekankan bahwa Indonesia harus bekerja sama dengan, terlepas dari ras, keyakinan, atau kelas sosial, untuk memastikan kemerdekaan Indonesia dari Belanda ; Ia menyerukan tentang tentang non-kerjasama dengan kekuatan - kekuatan kolonial. Pada tahun 1925 ia pindah ke Uni Soviet untuk menghabiskan setengah tahun belajar di Universitas Komunis Kaum tertindas dari Timur di Moskow. Di Uni Soviet ia sempat menikah dengan seorang wanita Ukraina bernama Anna Ivanova; keduanya memiliki seorang putri bernama Sumira Dingli.
Setelah kembali ke Hindia tahun 1972, Iwa bergabung dengan Partai Nasional Indoneisa dan bekerja sebagai Pengacara. Dia kemudiaan pindah ke Medan, Sumatrera Utara, dimana ia mendirikan Surat Kabar Matahari Terbit, koran yang mengapresiasi hak - hak pekerja dan mengkritik perkebunan milik Belanda yang besar di daerah itu. Karena tulisan - tulisanya, dan mengikuti upaya untuk mengorganisir serikat dagang, pada 1929 Iwa ditangkap oleh pemerintah Belanda dan menghabiskan satu tahun di penjara. Sebelum di buang ke Bandara Neira, di Kepulauan Banda, untuk jangka waktu sepuluh tahun dan pada tahun 1929 tersebut Iwa memimpin media Matahari Indonesia.
Sementara ketika di Banda Iwa menjadi seorang muslim yang taat, namun ia terus percaya pada nilai Marxisme. Dia juga bertemu dengan beberapa tokoh nasionalis terkemuka yang juga ada di pengasingan, termasuk Muhamad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tjipto Mangunkusumo. Iwa kemudiaan kembali ke Batavia dan, selama masa kependudukannya (1942-1945) dioperasikan sebuah firma hukum disana. Ia juga memeberikan kuliah tentang penyebab nasionalis, dibawah pengawasan ketat pasukan pendudukan Jepang.
Peran Pentingnya:
Setelah Kemerdekaan Indonesia selama bulan - bulan awal revolusi yang kemudiaan diikuti dengan proklamasi, Iwa bekerja sama dengan elemen baru, pemerintah dan pribumi. pada tanggal 31 Agustus ia terpilih sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet pertama di bawah Presiden Soekarno. Dia menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat hingga 1950.Pada tahun 1953 Iwa terpilih sebagai Menteri Pertahanan Pertama di Kabinet Ali Sastrimidjojo, di bawah Perdana Menteri Ali Sastrimidjojo ; masa jabatannya berlangsung sampai tahun 1955. Pada tahun 1957 Iwa menjadi rektor di Universitas Padjajaran di Bandung. Istilah politik terakhir, 1963 -1964, adalah sebagai menteri untuk Kabinet Kerja IV.
Setelah pensiun dari dunia politik Iwa menulis panjang lebar, yang sering bertema dengan Sejarah. Karya yang diterbitkan termasuk Revolusi Hukum Indonesia, Sejarah Revolusi Indonesia (dalam tiga jilid). Pokok - pokok dan Ilmu Politik (Muamalah Politik) Dia Meninggal pada 27 November 1971 di Jakarta dan dimakamkan di di Taman Pemakaman umum karet Bivak.
Pada 6 November 2002 Iwa dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Menurut Sejarawan Indonesia Asvi Warnman Adam, Ini adalah sebuah proses karena afiliasi Iwa dengan Tan Malaka dengan kepentingan komunis lainnya, upaya yang sebelumnya tidak didukung oleh pemerintah Orde Baru di bawah rezim pemerintahan Soeharto.
4. Kyai Haji Raden Abdulah Bin Nuh (Sastrawan, Pendidik, Pejuang Kemerdekaan Indonesia)
K.H.R. Abdulah Bin Noehia lahir di Cianjur pada tanggal 30 Juni 1905 dan wafat di Bogor pada tanggal 26 Oktober 1987. Perannya selama masa hidupnya selain menjadi seorang maha guru para ulama ia juga merupakan seorang sastrawan, pendidik, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. sejak kecil ia mendapatkan pendidikan agama islam yang sangat keras dari ayahnya yakni, K.H.R Muhamad Nuh bin Muhamad Idris yang jug seorang Ulama besar, pendiri sekolah Cianjur Al ' lanah Cianjur.
Dalam pengawasan ketat ayahnya ini. Abdulah kecil belajar agama dan bahsa aeab setiap hari. Sehingga dalam waktu yang relatif muda, ia mampu berbahasa Arab. Disamping mampu menalar kitab alfiah (kitab bahasa arab seribu bait) seta swakarsa belajar bahasa Belanda dan Inggris. Berbekal ilmu yang dikuasainya Abdulah Bin Nuh muda mengajajar Hadralmaut School. Sekaligus menjadi redaktur majalah Hadralmaut sebuah mingguan yang terbit berbahasa arab yang terbit di Surabaya, Jawa Timur pada tahun 1922 hingga tahun 1926. Setelah itu ayahnya mengirim Abdulah untuk menimba ilmu Syariah Universitas Al-Zahar, Kairo, Mesir.
Setelah dua tahun lamannya Abdulah belajar Al-Azhar Kairo, Mesir untuk menimba ilmu di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Setelah dua tahun lamannya Abdulah belajar mengajar di Cianjur serta Bogor. Hal itu ia lakukannya sejak tahun 1928 himgga tahun 1943.
Peran Pentingnya :
Sejarah mencatat bahwa PETA lahir pada bulan November 1943, lalu diikuitnya lahirnya HIZBULLAH beberapa minggu kemudiaan dimana para alim ulama kemudiaan masuk menjadi anggota organisasi itu. Tahun 1943 tersebut benar - benar merupakan tahun penderitaan yang amat berat khususnya bagi umat Islam dan bagi bangsa Indonesia secara keseleuruhan. Mengapa karena pada saat itu dikatakan bahawa saat itu adalah salah satu ujian berat bagi bangsa Indonesia .Pada akhir tahun 1943 itulah Al-Ustad Rd. H. Abdulah bin Nuh masuk PETA. dengan diberi pamgkat DAIDANCO yang berasrama di Semplak Bogor.
Lalu pulang lagi ke Cianjur dan ia membantu (menjadi guru bantu) mengajar di Al-l'ianah, waktu itu nadhirnya Al - Ustadz Rd.H. M. Sholeh Al-Madani (sekitar tahun 1930). Setelah itu ia pergi ke lagi ke Bogor kedua kalinya dan bertempat tinggal di Panaragan. Pekerjaannya adalah seorang :
1.Mengajar para Kyai
2.Jadi Korektor Percetakan IHTIAR (Inventaris S.I)
Pemimpin - pemimpin umat ini, para alim ulama disana - sini ditangkap oleh Dai Nippon, diantaranya Hadlorotnya Syekh Hasyim Asy'ari pimpinan pondok pesantren Tebu Ireng. Ia di penjarakan di Bubutan, Surabaya.
Di Jawa Barat pun diperlakukan serupa dilakukan terhadap KH.Zainal Mutofa, Tasikmalaya, bahkan sampai gugurnya disiksa oleh Dai Nippon. IA adalah seorang pemimpin Pondok Pesantren Sukamanah. Tasikmalaya. tanggal 6 Agustus 1945 senjata dahsyat bom dijatuhkan Amerika Serikat di atas kota Hiroshima, disusul kemudiaan tanggal 9 Agustus bom Atom gelombang kedua dijatuhkan pula atas Nagasaki. Sekutu mengumandangkan kemenangannya. Bangsa Indonesia saat itu sangat optimis dengan tekuk lututnya Jepang terhadap Sekutu. Ternyata pada tanggal 17 Agustus 1945 beberapa hari setelah pengeboman terhadap kkedua kota itu kita bangsa Indonesia telah menerima hikmahnya, yaitu Kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Apakah ini bukan rohmat dari Allah SWT ??
Cobaan demi cobaan telah dan akan selalu kita hadapi. Pada tanggal 19 Sesember 1945 di Surabaya terjadi peristiwa besar merupakan titik awal yang menyulut semangat kepahlawanan rakyat Surabaya. beberapa personel Belanda yang saat itu membonceng Sekutu telah berhasil menyamar sebagai Missi Sekutu mengibarkan bendera merah putih biru di hotel yamato, Tunjungan Surabaya. Kemudiaan pasukan Belanda lainnya setelah tiba di Tanjung Priok merayap ke seluruh pelosok Jawa diantaranya ke Bandung. Yogya, Magelang dan Surabaya. Ini merupakan tantangan berat lagi bagi bangsa Indonesia. Namun rakyat tidak menggenal mundur dan menyerah. Begitu pula Al-Ustadz Rd. Abdulah. bin Nuh terus melanjutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan memimpin barisan Hizbutlah dan BKRI TKR di kota Cianjur bersama - sama dengan barisan lainnya hingga pertengahan tahun 1945.
Pada tanggal 21 Romadhon 1363H/ 29 Agustus 1945 M, di Jakarta dibentuk Komite Nasional Pusat (KNIP) dan sekaligus melangsungkan sidang pertamanya. Ketua KNIP ditetapkan Mr.Kasman Singodimedjo, salah seorang bakes Daidanco PETA Jakarta. Anggota KNIP diantaranya adalah Al- Ustadz Rd.Abdulah bin Nuh. Pada tanggal 4 Juni 1946 Pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta.
5. Otto Iskandardinata (Politis dan Aktivis Kemerdekaan)
Raden Otto Iskandardinata lahir di Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 1897 tutup usia di Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945 pada umur 48 tahun. Beliau adalah salah satu Pahlawan Nasional yang mendapatkan julukan Si Jalak Harupat.
Biografi Kehidupannya :
Otto Iskandardinata lahir pada tanggal 31 maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Ayah Otto adalah salah seorang keturunan bangsawan Sunda bernama yang bernama Nataatmadja. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Otto menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche (HIS) Bandung, kemudiaan melanjutkan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung, serta di Hogre Kweekschol (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tenggah. Setelah selesai bersekolah, Otto menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada bulan Juli 1920, Otto pindah ke Bandung dan mengajar HIS bersubsidi serta perguruan Rakyat.
Peran Pentingnya :
Dalam kegiatan pergerakannya pada masa sebelum kemerdekaan, Otto belum menjabat sebagai ketua Budi Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924, serta sebagai wakil ketua Budi Utomo cabang Pekalongan tahun 1924. Ketika itu ia mulai menjadi anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Pekalongan mewakili Budi Utomo.
Otto juga aktif pada organisasi Budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan. Ia menjadi sekertaris Pengurus Besar pada tahun 1928, dan menjadi ketuannya pada periode 1929-1942. Organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuaan.
Otto juga menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat, Semacam DPR) yang dibentuk pada masa Hindia Belanda. unutk periode masa jabatan 1930-1941.
Pada masa penjajahan Jepang, Otto menjadi Pemimpin Surat Kabar Tjahja (1942-1945). Ia kemudiaan menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintahan pendudukan Jepang sebagai lembaga - lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Pasca Kemerdekaan Indonesia, Otto menjabat sebagai menteri Negara pada Kabinet yang pertama Republik Indonesia tahun 1945. Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar - laskar tersebut. Ia menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, Hingga kemudiaan hilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten.
Pahlawan Nasional :
Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Republik Indonesia No.088/TK /Tahun 1973, yanggal 6 November 1973. Sebuah monumen perjuangan Bandung Utara di Lembang, Bandung bernama "Monumen Pasir Pahlawan" yang didirikan untuk mengabadikan perjuangannya. Nama Otto Iskandardinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota Indonesia.
6. Syafruddin Prawiranegara (Gubernur Bank Indoneisa pertama)
Ia lahir di Serang, Banten, 28 februari 1911 meninggal di Jakarta, 15 Februari 1989 pada usia 77 tahun. Ia adalah salah seorang tokoh pejuang Kemerdekaan, Wakil Perdana Menteri dan pernah menjabat sebagai ketua (setingkat pressiden) Pemerintah Darurat Indonesia (PDRI). Ia menerima mandat dari Presiden Soekarno ketika pemerintahan Republik Indonesia yang kala itu Yogyakarta menjadi salah satu ibukota di Indonesia yang jatuh ke tangan Belanda akibat Agresi militer Belanda II pada tanggal 9 Desember 1948. Lalu kemudiaan ia menjadi Perdana Menteri Kabinet tandingan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Tengah tahun 1958.
Biografi Kehidupannya :
Syafruddin memiliki nama kecil "Kuding" yang berasal dari kata Udin pada nama Syarifuddin. Ia memiliki nama darah keturunan Banten dari pihak ayah minangkabau dan dari pihak ibunya. Inilah silsilah riwayat keturunannya, Buyutnya dari pihak ibu, Sutan Alam Intan, yang masih keturunan raja Pagaruyung di Sumatera Barat, yang di buang ke Banten karena terlibat Perang Padri. Lalu ia menikah dengan seorang puteri bangsawan Banten, melahirkan kakeknya yang kemudiaan bernama Raden Arsyad Prawiraatmadja. Ayah Syarifuddin bekerja sebagai seorang Jaksa, Namun cukup dekat dengan rakyat, dan karenanya dibuang oleh Belanda ke Jawa Timur.
Syarifuddin menepuh pendidikan ELS pada tahun 1925, dilanjutkan ke MULO di Madiun pada tahun 1928, dan AMS di Bandung pada tahun 1931. Pendidikan tingginya diambil di Rectshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta (Sekarang fakultas Hukum Universitas Indonesia) tahun 1939, dan berhasil meraih gelar Meester in de Rechten (saat ini setara dengan magister hukum).
Peran Pentingnya :
Syafruddin adalah seorang yang ditugaskan oleh Presiden Soekarno dan Hatta untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI), ketika Presiden Soekarno dan Moehamad Hatta ditangkap pada Agresi Militer II, kemudiaan diasingkan oleh Belanda di Pulau Bangka, tahun 1948. Hatta yang menduga dirinya dan presiden Soekarno akan ditahan oleh Belanda dan segera memberi mandat Sjafruddin untuk melanjutkan pemerintahan, agar tak terjadi kekosongan kekuasaan.
Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Roeyan mengakhiri upaya Belanda, dan akhirnya Soekarno dan kawan - kawan dibebaskan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1949. Lalu diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Soekarno. Wakil Presiden Hatta serta sejumlah Menteri kedua kabinet serah terima pengembaliaan mandat dari PDRI secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.
7. Raden Aria Adipati Wiranatakesoema V (Mentri Dalam Negri Indonesia)
Memiliki nama sebutan yakni Aria Wiranatakusuma, Ia adalah seorang Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia yang pertama. Lahir di Bandung sebagai seorang keturunan ningrat, Winatakoesoemah mendapat pendidikan di ELS, OSVIA, dan HBS. Sewaktu pembentukan Republik Indonesia Serikat, ia pernah menjabat sebagai wali atau Presiden Negara Pasundan, salah satu negara Federal RIS. Selain itu juga ia dikenal sebagai Bupati Bandung mencangkup Periode 1920 -1931 dan Periode 1935 - 1945 dan pada tahun 1945 ia diangkat menjadi Menteris Dalam Negeri Republik Indonesia setelah itu ia diangkat menjadi ketua Dewan Pertimbangan Agung dari tahun 1945 sampai 1948, sebelum akhirnya menjadi Presiden Negara Pasudan.
Biografi Kehidupannya :
Raden Tumenggung Wiranatakusumah V atau Dalem haji adalah seorang putra tunggal dari Raden Adipati Kusumadilaga (Bupati Bandung Periode 1874 - 1893) dilahirkan pada tanggal 23 November 1888 ditinggal ayahnya pada usia 5 tahun, nama kecilnya adalah Muharam.
Pelantikan Wiranatakusuma V pada 12 April 1920 itu mendapat perhatian besar, seluruh Bupati di Priangan hadir bersama aparat sipil dan militer lainnya, pelantikan itu adalah pidato pertama Wiranatakoesoema antara lain ia menuturkan :
"Supaya pibisaeun nyumponan kana sumpahna, jeung instruksina nu jadi bupati, taya lian ngan kajaba ti sararea bae, kudu pada boga rasa jadi bupati lain rasa dina kauntungan atawa dina boga kakawasaanana, tetapi dina rasa kani'matan buahna kaadilan. Lamun rasa anu kitu dipiboga ku sararea, tangtu ieu kabupaten Bandung, moal salah deui pinanggih jeng kasalametan, hurip nagri waras rayat. cicingna kaadilan nu jadi bupati, lain dina prak - prakan pikeun gunana 2-3 jalma, tetapi kaperluanana tina jalma nu leuwih loba, nu kudu dituturkeun."
Peran Pentingnya :
Pada usia 24 tahun Raden Tumenggung Wiranatakusumah V sudah dapat menjalankan pemerintahan kabupaten Bandung karena prestasi kerjanya. Ia sangat dekat dengan rakyat dan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Setelah lulus dari sekolah Belanda, ia meneruskan Sekolah Menak. Dan lulus dari H.B.S Koning Willem III School te Batavia tahun 1928 ia menuntut ilmu ke nederlands dibidang Ilmu Koperasi Tani.
Sebelum menjabat Bupati Kabupaten Bandung jabatannya adalah :
1. Tahun 1910 menjadi Juru Tulis camat Tanjungsari
2. Tahun 1911 menjadi Mantri Polisi di Sukabumi
3. Tahun 1912 menjadi Camat di Tasikmalaya
4. Tahun 1912 menjadi Bupati Cianjur
Pada saat ziarah ke Mekkah beliau mendapat penghargaan Bintang Istiqlal klas I dari Raja Arab. Kemampuannya yang mendalam dalam keislaman membuat pribadinya dibanggakan. saat berkotbah di Mesjid dan pulang pendopo, rakyat beriringan menyertainya. Hingga saat ini, sangat jarang pejabat yang menguasai kebudayaan Sunda sekaligus mendalami pemahaman keagamaanya, sehingga dianggap pantas unutk berkotbah. Dari kemampuan yang istimewa inilah disebut menak - santri.
Banyak kebijakan - kebijakannya untuk mensejahterahkan rakyat diantaranya membuat peraturan keluar - masuk uang Desa, mendirikan Koperasi di Kabupaten Bandung. memajukan pendidikan Islam, dan juga membuat buku karyanya diantaranya : Riwayat Kanjeng Nabi SAW. Buku ini berisi tentang riwayat Nabi Muhamad SAW. Buku ini menjadi menarik di kalangan masyarakat lantaran menghadirkan nuansa Sunda dalam perjalanan Nabi Muhamad SAW. Pada tahun 1941 Se tafsir Surat Al - Baqarah, Islamitishe Democratie dll.
Sulit sekali menemukan sosok pemimpin sempurna layaknya Wiranatakoeseoma V selain menjadi Ambtenaar yang disegani, ia adalah Menteri Dalam Negri pertama Republik Indonesia yang begitu dicintai rakyatnya. Dan dengan kinerjanya yang Jumawa ia persembahkan bagi rakyatnya.